Suku Terasing “Polahi” Sampaikan Aspirasi



Limboto - Suku Polahi, yang merupakan rangkaian sub suku Gorontalo yang mendiami hutan belantara (terasing) ikut pula dalam parade seni dan budaya, yang diselenggakan siang tadi dalam proses mengawali rangkaian kegiatan Danau Limboto Carnival 2012. Dari semua peserta yang ikut dalam rangkaian parade  seni budaya Gorontalo, Sub suku Gorontalo “Polahi” merupakan rombongan yang paling di pavoritkan, banyak wartawan, photografer, bahkan masyarakat luas ikut mengabadikan mereka dalam foto bersama.
Selain mengikuti parade budaya yang mewakili kecamatan Asparaga ini, mereka juga menyampaikan aspriasi mereka kepada Pemerintah Kabupaten Gorontalo dan masyarakat luas, untuk senantiasa menerima mereka sebagai bagian dari masyarakat dan budaya Gorontalo. Mereka telah terasing sejak zaman pendudukan Belanda di Gorontalo, dan kini mereka (keturunannya) mulai membaur dengan masyarakat.
Harapan mereka adalah, penerimaan sepenuhnya atas identitas mereka sebagai Orang Gorontalo, bukan sebagai pelarian atau Polahi. Aspirasi ini disampaikan melalui orator yang mereka percayai untuk menyampaikan keinginan mereka, berhubung rata-rata dari mereka tidak mengerti bahasa Indonesia dan hanya menggunakan bahasa Gorontalo kental.
Berikut wawancara Admin DotGorontalo, kepada seorang nenek dari Sub Suku Gorontalo “Polahi”.
Admin “Nene wololo habari? = Bagaimana kabarnya nenek”
Nenek “Piyo-piyohu wa’u = Saya dalam keadaan sehat wal afiat”
Admin “wolo harapauwo li nene to dulahe botiya = apa yang nenek harapkan hari ini?”
Nenek “watiya tiliyango tawuda’a, harapuwo’u wa’u olo delo tawuwewo, otoliango lo olongiya lolipu” Saya diajak kepala desa untuk acara ini, ya harapan saya, sama halnya dengan teman-teman lain, dicintai raja (bupati)”
Admin “sebelum melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya…….”
Nenek “pohutuwa wa’u delo tawuweo, otoliangumu delo timongoliyo” Jadikan kami seperti yang lain, yang kalian cintai seperti mereka yang lain”

Sembari asyik berbincang dengan nenek tua dari suku Polahi ini, seorang dari mereka yang dikenal sebagai kepala suku, menyambung ucapan si nenek tadi ami olo ju delo tawuwewo, debo hitumula bo delo ta pilotutu to kambungu modaata, bo ami tilimuato to kambungu to huidu wawu o’ayuwa, bolo ambunguwolo tuwani, alihu ami olo delo otoloma, openu tutumulo lami to kambungu o’ayuwa artinya “kami juga sama seperti yang lain, hidup dan dilahirkan di kampung padat penduduk (kota) hanya saja kami dilahikan dikampung pegunungan dan hutan rimba, maafkan ya pak, sekiranya kami jangan dilupakan, meski hidup kami hanyalah di gunung dan hutan” Kata seorang kepala suku Polahi yang sering disapa Aba Kiki
Meski hidup mereka adalah di pegunungan dan hutan, namun mereka masih berharap pemerintah menerima keberadaan mereka seperti yang lain, dan melindungi mereka selayaknya mereka adalah masyarakat yang baik. Diakhir perbincangan admin dengan rombongan carnival Sub suku Polahi, kepala suku menitip pesan, bahwa mereka mulai membaur kembali dengan masyarakat, dengan mengikuti pola budaya dan agama yang hilang dari mereka selama beratus-ratus tahun lamanya, dan keberadaan mereka pun senantiasa diterima secara luas, baik oleh masyarakat maupun pemerintah.

 http://dotgorontalo.blogdetik.com

Comments

Popular posts from this blog

TENTANG MALUNSEMAHE

Samurai Peninggalan Jepang di Gorontalo

Nazaruddin Serahkan Bukti Aliran Dana Demokrat ke KPK