Polisi Sulit Mencapai Tahap Dicintai Rakyat

SULIT bagi polisi untuk dapat dicintai rakyat. Selain masih melindungi anggotanya, juga masih melakukan pemilahan terhadap kasus yang dilaporkan masyarakat.
Paling akurat dan belum hilang dari ingatan adalah penaganan kasus EK, istri mantan Kanit Reskrim Polsek Metro Pamulang. Dalam penangan kasus ini sudah sangat jelas terlihat bahwa penyidikan yang dilakukan polisi, dalam penyidik gabungan dari Polres Metro Depok, Polres Metro Jakarta Selatan, Polda Metro Jaya berpihak kepada mantan Kanit Reskrim, AKP Tri Suryawan.
Tri Suryawan sama sekali tidak tersentuh oleh wartawan. Meski bila diperumpamakan dalam suatu adegan di film-film, EK dan Tri Suryawan adalah sebagai aktor utama. Tapi pada kenyataannya, Tri diendapkan. Kalau toh ada pemberitaan, hanya sebatas Tri dicopot dari jabatannya. Pengakuan sebenarnya dari dia sama sekali tidak ada.
Sementara, EK terus saja dipojokan. Dari mulai dinyatakan semua rekayasa, sampai dia diperiksa kejiawaannya dengan alat kebohongan (lie detector). Pada kenyataannya, EK pun diberikan kesempatan untuk bicara dengan wartawan. Dan Ironisnya, pengakuan EK tidak semua sama dengan apa yang diungkapkan polisi. Artinya, semua pengakuan polisi tentang dia adalah bohong semua.
Termasuk satu hal lagi yang sampai saat ini belum terungkap, bahwa sebenarnya kedua pihak itu melaporkan. EK melaporkan adanya perampokan dan pemerkosaan, sementara Tri juga melaporkan bahwa semua itu tidak ada, alias rekayasa.
Tapi semua itu tidak diungkap. Baik oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Baharuddin Djafar, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Imam Sugiyanto, Kapolres Metro Depok Kombes Pol Mulyadi Kahani, sampai oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Untung S. Radjab
Semuanya sibuk mencari alibi. Terakhir, ke luarlah ucapan dari Baharuddin Djafar, bahwa kasus ini tidak akan dilanjutkan karena bukti-bukti semuanya tidak benar. Nah, ini ke mana arahnya kalau tidak melindungi anggotanya, Tri.
Itu salah satu contoh kasus. Lainnya, yang sangat anyar adalah aksi Cowboy mantan Kapolda Metro Jaya Komjen Pol (Pur) M. Sofjan Jacoeb. Meski sudah dilaporkan lama, sama sekali belum disentuh. Baru disentuh setelah media meramaikannya. Padahal aksi ala film laga, mengumbar tembakan di rumahnya, Jakarta Utara sudah dilaporkan sejak Agustus 2011.
Alasannya yang diungkapkan Kabid Humas Baharuddin Djafar, pihaknya akan mulai melakukan penyidikan. Dan itu pun dikemas dengan kata, sebelum ke proses penyidikan akan dilakukan terlebih dahulu mediasi. Tujuannya, agar dapat diselesaikan dengan kekeluargaan.
Penulis masih sangat ingat. Di jaman dialah, pernah terjadi keributan antara Dirlantas Polda Metro Jaya yang saat itu dijabat oleh Irjen Pol (Pur) Utjin Sudiana. Keributan dipicu dengan pemberitaan, bahwa dia meminta mobil mewah kepada Utjin.
Akibat pemberitaan itu keluarga TR Utjin digeser bersama Kabag Regident yang saat itu dijabat oleh Brigjen Pol Syafruddin (sekarang Kapolda Sulsel). Uniknya, TR yang dikenakan kepada Syafruddin, sampai empat kali. Pertama di mutasi. Seminggu kemudian, mutasi itu dibatalkan. Kemudian ke luar lagi TR mutasi, dan kemudian tidak jadi. Dan akhirnya, mereka berdamai.
Dengan contoh ini, maka dapatlah disimpulkan. Sangat masih jauh polisi dapat dicintai rakyat. Siapa pun Kapolrinya. Semboyan polisi diibartkan sebagai “Lilin”hanyalah omong kosong. Perumpamaan Lilin itu sangatlah mulai. Karena dapat diartikan, sifat lilin terbakar habis. Dan Lilin terbakar hanya untuk menerangi.(Pemerhati masalah kepolisian dari Netral Institute)
Comments